Minggu, 02 Maret 2014

Sejarah Kotamobagu Sebagai Kota Kuda zaman dulu

Kotamobagu berusia enam tahun pada tanggal 23 Mei 2013 ini. Namun jika dirunut ke belakang, maka kota tersebut usianya tidak semuda itu. Dan, gara-gara kuda, kotamadya berpenduduk sekitar 127 ini bernama Kotamobagu.
ANEKDOT yang kerap terdengar saat membicarakan sejarah Kotamobagu adalah kota ini terlahir dari kuda. Ya, gara-gara kuda, kota ini bernama Kotamobagu. Nukilan kisah itu pun kembali disampaikan Anuar Totabuan Syukur dalam buku yang baru diluncurkan di Balai Kelurahan Motoboi Kecil, Senin (21/5/2013) lalu.

Kisah dimulai saat seorang van Haustan, Kontroleur Pemerintah Hindia Belanda yang membawahi Wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) menghadapi persoalan geofrafis dalam melakukan aktivitasnya di Kotamobagu yang dulunya bernama Kotabaru. Persoalan juga termasuk saat penagihan pajak keada warga pribumi. Menggunakan jasa angkut dinilai tidak ekonomis.

Akhirnya, dia pun meminta bantuan pemerintah Hindia Belanda yang berpusat di Batavia untuk mengirimkan kuda. Permintaan tersebut, van Haustan sampaikan melalui Regen di Manado. Berbulan- bulan sampai tahun berganti, kuda yang dinanti belum juga tiba. Pihak administrator di Batavia menyatakan kuda tersebut telah dikirim.

Ternyata, administrtor di Batavia tidak bohong. Kuda pesanan van Haustan ternyata sudah dikirim ke Kotabaru. Namun bukan Kotabaru di Pulau Sulawesi. Kuda tersebut nyasar ke Kotabaru yang berada di Pulau Kalimantan. "Bergantilah nama Kotabaru menjadi Kotamobagu yang maknanya sama," kata Anuar.

Mari kita menengok Kotamobagu di tahun 1901. Saat itu, Kotamobagu masih berupa hutan belantara. Daerah tersebut termasuk wilayah Kerajaan Bolaang Mongondow (Bolmong) yang berpusat di Bolaang atau wilayah Kecamatan Bolaang sekarang. Saat itu, kerajaan Bolmong dipimpin oleh Raja Ridel Manoppo.

Pada tahun tersebut, van Housten, mencoba menembus daerah tersebut. Van Housten mencari daerah strategis sebagai pusat administrasi yang dekat dengan dengan wilayah dataran tinggi yang cocok untuk tanaman kopi, yakni wilayah Modayag dan juga wilayah pertambangan emas yang akan dibuka yaitu di Goropai yang sekarang dikenal dengan nama Lanut.

Pada usahahanya yang pertama, rombongan sang Kontroleur gagal. Mereka melintasi wilayah Langangon, namun terpaksa harus kembali ke Bolaang karena jalan yang dipakai susah dilalui. Jalan itu penuh semak belukar. Van Housten kembali melakukan perjalanan melalui wilayah Modoinding yang sekarang masuk Minahasa Selatan (Minsel).

Maju puluhan tahun setelah itu, Kotamobagu resmi menjadi sebuah kota dengan pemerintah otonom pada tanggal 7 Desember 2006. Ketika itu, Sidang Paripurna DPR RI mengesahkan pembentukan Kota Kotamobagu bersama dengan Kabupaten Bolmong Utara. Namun kemudian ditetapkan tanggal 23 Mei 2007 merupakan hari jadi kota tersebut.

Anuar yang juga budayawan ini menilai Kotamobagu mempunyai banyak potensi untuk maju. "Namun, masalah tersebut muncul karena warga Kotamobagu sendiri. Bukan saling mendorong untuk maju, namun yang muncul saling hujat, salin hina  yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat istiadat di sini," kata dia.

Menurut Anuar, masyarakat Kotamobagu harus kembali lagi pada prinsip-prinsip budaya leluhur. "Back to culture atau kembali ke budaya asal. Kita mempunyai modal yang kuat untuk lebih maju," kata dia menambahkan.

( Sumber :  http://manado.tribunnews.com/2013/05/21/ini-kisahnya-kotamobagu...kota-yang-lahir-dari-kuda  )

1 komentar

Anonim

sangat bermanfaat

Posting Komentar