Kotamobagu berusia enam tahun pada tanggal 23 Mei 2013 ini. Namun
jika dirunut ke belakang, maka kota tersebut usianya tidak semuda itu.
Dan, gara-gara kuda, kotamadya berpenduduk sekitar 127 ini bernama
Kotamobagu.
ANEKDOT yang kerap terdengar saat
membicarakan sejarah Kotamobagu adalah kota ini terlahir dari kuda. Ya,
gara-gara kuda, kota ini bernama Kotamobagu. Nukilan kisah itu pun
kembali disampaikan Anuar Totabuan Syukur dalam buku yang baru
diluncurkan di Balai Kelurahan Motoboi Kecil, Senin (21/5/2013) lalu.
Kisah
dimulai saat seorang van Haustan, Kontroleur Pemerintah Hindia Belanda
yang membawahi Wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) menghadapi persoalan
geofrafis dalam melakukan aktivitasnya di Kotamobagu yang dulunya
bernama Kotabaru. Persoalan juga termasuk saat penagihan pajak keada
warga pribumi. Menggunakan jasa angkut dinilai tidak ekonomis.
Akhirnya,
dia pun meminta bantuan pemerintah Hindia Belanda yang berpusat di
Batavia untuk mengirimkan kuda. Permintaan tersebut, van Haustan
sampaikan melalui Regen di Manado. Berbulan- bulan sampai tahun
berganti, kuda yang dinanti belum juga tiba. Pihak administrator di
Batavia menyatakan kuda tersebut telah dikirim.
Ternyata,
administrtor di Batavia tidak bohong. Kuda pesanan van Haustan ternyata
sudah dikirim ke Kotabaru. Namun bukan Kotabaru di Pulau Sulawesi. Kuda
tersebut nyasar ke Kotabaru yang berada di Pulau Kalimantan.
"Bergantilah nama Kotabaru menjadi Kotamobagu yang maknanya sama," kata
Anuar.
Mari kita menengok Kotamobagu di tahun 1901. Saat itu,
Kotamobagu masih berupa hutan belantara. Daerah tersebut termasuk
wilayah Kerajaan Bolaang Mongondow (Bolmong) yang berpusat di Bolaang
atau wilayah Kecamatan Bolaang sekarang. Saat itu, kerajaan Bolmong
dipimpin oleh Raja Ridel Manoppo.
Pada tahun tersebut, van
Housten, mencoba menembus daerah tersebut. Van Housten mencari daerah
strategis sebagai pusat administrasi yang dekat dengan dengan wilayah
dataran tinggi yang cocok untuk tanaman kopi, yakni wilayah Modayag dan
juga wilayah pertambangan emas yang akan dibuka yaitu di Goropai yang
sekarang dikenal dengan nama Lanut.
Pada usahahanya yang pertama,
rombongan sang Kontroleur gagal. Mereka melintasi wilayah Langangon,
namun terpaksa harus kembali ke Bolaang karena jalan yang dipakai susah
dilalui. Jalan itu penuh semak belukar. Van Housten kembali melakukan
perjalanan melalui wilayah Modoinding yang sekarang masuk Minahasa
Selatan (Minsel).
Maju puluhan tahun setelah itu, Kotamobagu
resmi menjadi sebuah kota dengan pemerintah otonom pada tanggal 7
Desember 2006. Ketika itu, Sidang Paripurna DPR RI mengesahkan
pembentukan Kota Kotamobagu bersama dengan Kabupaten Bolmong Utara.
Namun kemudian ditetapkan tanggal 23 Mei 2007 merupakan hari jadi kota
tersebut.
Anuar yang juga budayawan ini menilai Kotamobagu
mempunyai banyak potensi untuk maju. "Namun, masalah tersebut muncul
karena warga Kotamobagu sendiri. Bukan saling mendorong untuk maju,
namun yang muncul saling hujat, salin hina yang sebenarnya tidak sesuai
dengan adat istiadat di sini," kata dia.
Menurut Anuar,
masyarakat Kotamobagu harus kembali lagi pada prinsip-prinsip budaya
leluhur. "Back to culture atau kembali ke budaya asal. Kita mempunyai
modal yang kuat untuk lebih maju," kata dia menambahkan.
(
Sumber : http://manado.tribunnews.com/2013/05/21/ini-kisahnya-kotamobagu...kota-yang-lahir-dari-kuda )